Isi Artikel Utama

Abstrak

Sistem perdagangan ijon di masyarakat perdesaan di Indonesia sudah berkembang sejak dahulu. Bisa jadi kemiskinan yang dialami petani adalah buah dari sistem ijon yang tidak pernah bisa dihilangkan, meskipun berbagai program pemerintah sudah diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Keterikatan petani pada tengkulak sangatlah kuat, karena dapat menjadi malaikat penyelamat para petani saat mereka betul-betul membutuhkan untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan berkembangnya teknologi digital (informasi dan komunikasi), interaksi sosial berjalan lebih cepat dan efektif. Namun kenyataan di masyarakat, kesenjangan digital menjadi cermin kesenjangan sosial dalam kehidupan nyata. Penelitian ini ditujukan untuk memahami kondisi kesenjangan digital antara petani dan tengkulak dan menelaah penyebab kesenjangan digital diantara petani dan tengkulak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu bentuk penelitian sosial yang berfokus pada cara orang menafsirkan dan memahami pengalaman mereka dan dunia di mana mereka hidup, dalam hal ini adalah petani dan tengkulak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kesenjangan digital bisa dikatakan sebagai cermin dari kesenjangan sosial di kehidupan nyata. Perkembangan teknologi digital perlu dibersamai, selain peran pemerintah dalam penyediaan infrastruktur untuk akses internet juga dibutuhkan peningkatan pendidikan. Dengan demikian, pemanfaatan teknologi digital dapat memudahkan masyarakat dalam pekerjaannya dan dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan secara merata.

Kata Kunci

kesenjangan digital tengkulak digital petani

Rincian Artikel

Biografi Penulis

Tonton Heryanto

Mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri.

Terserah Luahambowo

Dosen, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri.

Novita Atika

Mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri

Angger Pambudi

Mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri

Ari Sarfianto

Mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri

Cara Mengutip
Heryanto, T., Luahambowo, T. . ., Atika, N., Pambudi, A. ., & Sarfianto, A. (2024). Tengkulak Digital: Konsekuensi Kesenjangan Digital Perdesaan. INSANI, 11(1), 38–45. Diambil dari https://jurnal.widuri.ac.id/index.php/insani/article/view/198

Referensi

  1. Arman, Syamsuni. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Kepel Press.
  2. Isnawati, Retty, Nadya Fira Effendi, & Bayu Wardhana. (2017). Makalah: Model Bisnis Inklusi Sayuran Farm Veggieway Studi di Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar, Sidoarjo. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
  3. Lawang, R. M. Z. (2004). Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar. Jakarta: FISIP UI Press.
  4. Lutfi, Apreliana Megasari. (2019). Ketergantungan Petani Terhadap Tengkulak Sebagai Patron Dalam Kegiatan Proses Produksi Pertanian (Studi di Desa Baye Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri). Skripsi, Universitas Airlangga.
  5. Massimo Ragnedda & Maria Laura Ruiu. “Social capital and the three levels of digital divide”. In Ragnedda M. & Muschert G. (eds.). (2017). Theorizing Digital Divides. Routledge, pp. 21-34.

Artikel Serupa

1 2 > >> 

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.